Senin, 16 Januari 2012

ANALISIS KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD DENGAN TEORI PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG


Pada mulanya, ketika saya belum mengetahui dunia psikologi, nama yang selalu muncul saat mendengar psikologi adalah Sigmund Freud. Nama Freud menjadi nama yang pertama kali muncul karena nama itulah yang kerap saya dengar ketika orang-orang memperbincangkan psikologi. Karena rasa penasaran dan keingintahuan pada Freud, saya memutuskan membaca biografinya di Seminari Mertoyudan. Hasilnya, saya sama sekali tidak paham tentang isi uraian yang saya baca karena biografi itu ditaburi kosa kata psikologis yang tidak familiar. Itulah pengalaman pertama saya bersentuhan dengan psikologi dan Sigmund Freud.
Pengalaman kedua bersentuhan dengan psikologi adalah pengalaman octiduum
dengan P. Siegfried Zahnweh, SJ di Rumat Retret Sangkal Putung, Klaten. Dalam retret sebagai persiapan pengucapan kaul pertama itu, P. Zahnweh, SJ mensistesiskan teori psikologi Jung tentang mimpi dan spiritualitas Ignatian dalam membimbing saya. Rasa ingin tahu mendorong saya untuk bertanya pada beliau tentang cara pendampingannya dalam retret. P. Zahnweh, SJ, dengan senang hati, menjelaskan sedikit tentang Carl Gustav Jung dan memberikan judul buku referensi yang dapat menjadi acuan untuk mempelajari teori Jung lebih dalam. Pada momen istimewa ini, saya belajar tokoh baru dalam dunia psikologi, yakni Carl Gustav Jung.
Dari dua pengalaman ini saya memeroleh dua nama yang senantiasa akan terus saya ingat dalam benak saya karena setiap nama mewakili pengalaman yang berkesan. Karena itulah, sebelum masuk STF Driyarkara, saya hanya mengenal dua nama besar itu, Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung. Saya tidak mengetahui nama-nama lain selain Freud dan Jung. Kemudian, saya mulai belajar Psikologi Kepribadian di STF Driyarkara dan menemukan kenyataan bahwa ternyata, terdapat banyak nama psikolog yang belum saya kenal. Saat itulah saya mengalami ketercengangan sementara, “Oh, ini toh yang namanya psikologi.” Saya mulai belajar tentang banyak hal dalam psikologi lewat mata kuliah Psikologi Kepribadian. Meskipun telah mengetahui nama dan teori baru, saya tetap terkesan dengan dua nama yang saya kenal pertama kali, Freud dan Jung. Dua nama ini yang menjadi landasan atau pondasi awal perkembangan psikologi.
Keterkesanan saya terhadap Freud dan Jung serta teori mereka mendorong saya untuk mengetahui lebih banyak tentang pribadi dan alam pikiran mereka. Saat mulai mencermati jejak-jejak sejarah psikologi, khususnya sejarah hidup Freud dan Jung, saya mendapatkan data sejarah yang mengungkapkan perjumpaan kedua tokoh besar psikologi itu mulai 1906, lewat surat maupun pertemuan pribadi.Awalnya, mereka berdua memandang satu sama lain sebagai rekan diskusi, teman kerja, dan sahabat. Namun, dalam perjalanan waktu, terjadi perpecahan di antara mereka karena perbedaan pandangan dalam teori psikologi. Freud cenderung membaca manusia sebagai pribadi yang dipengaruhi oleh pengalaman seksualnya (panseksualisme). Pemikiran Freud ini tidak dapat diterima Jung karena Jung mengembangkan gagasan tentang psikologi analitik dengan penggabungan unsur teleologis dan kasualitas dalam diri manusia.
Perjumpaan dan perpisahan kedua tokoh ini adalah peristiwa bersejarah yang menarik dalam dunia psikologi. Karena itulah, ketika mendapat tugas pembuatan makalah ini, saya tergerak untuk menghidupkan kembali perjumpaan Freud dan Jung. Perbedaannya dengan pertemuan mereka di masa lalu, dalam makalah ini perjumpaan mereka hanyalah sebuah perjumpaan imajiner yang terjadi dalam kontemplasi pribadi saya. Dalam perjumpaan imajiner ini, Jung menganalisis kepribadian Freud dengan teori psikologi analitiknya. Saya cenderung memilih posisi teori Jung menganalisis Freud daripada sebaliknya karena saya tertarik, kagum, dan setuju dengan jalan pemikiran psikologis Jung. Apalagi, teori Jung juga saya alami sebagai teori psikologi yang dapat disintesiskan dengan spiritualitas Ignatian, seperti yang saya alami ketika menjalani octiduum. Makalah ini membawa saya mengenang kembali pengalaman sakral retret sekaligus sebagai pembelajaran analisis psikologi kepribadian.

0 komentar:

Posting Komentar